Kamis, 13 Desember 2012

METAL & LAMB OF GOD — Genre & Band di Jalur Philia, Daya Tarik Perubahan

Daya Tarik Perubahan
SEPERTINYA mustahil. Tapi ternyata tak mustahil.
Kamu tahu band metal Lamb of God yang pernah
menggelar konser di Indonesia? Betul. Imej yang
muncul pertama kali adalah berangasan, kasar dan
keras. Wajarlah, karena personilnya muncul dalam
personifikasi dan visual yang ada di gambaran
tentang “kesangaran” yang sudah disebut di atas.
Tapi bukan itu yang menarik, meski musikalitas
yang mereka miliki menobatkan band asal Amerika
Serikat ini sebagai salah satu “messenger” di
ranah metal dunia. Mereka, Lamb of God ini, punya
kesan bersahaja yang kuat. Kalau dalam bahasa
advertising, dikenal dengan kesan pertama, LoG ini
jelas menggoda. Kenapa?
Mereka membawa kesan kelembutan dan
kesederhanaan. Imej yang tentu saja berbeda
dengan yang mereka tampilkan di panggung. Palsu
[fake] atau bersembunyi dari hakikat
humanismenya? Dari banyak lirik lagunya, LoG
adalah band dengan kadar humanisme yang kuat.
Kita sering bersinggungan dengan keraguan
negative itu. Keraguan ini dihasilkan oleh tidak
adanya beberapa alasan pro dan kontra terhadap
pernyataan dan tindakan tertentu. Sebenarnya, ini
lebih baik dilukiskan sebagai ketidaktahuan.
Kekosongan kita tentang ‘manajerial hidup’ band
bernama Lamb of God ini.
Ada satu cerita unik. Sehari sebelum menggelar
konsernya, mereka berkeliling ke Taman Puring di
Jakarta Selatan. Banyak pedagang tidak
mengenalnya, kecuali yang benar-benar menyukai
musik metal. Dan jangan berharap ada pengawalan
VIP dengan payung dan wanita yang menyertai.
Tidak, mereka biasa saja blusak-blusuk mencari
sepatu “bermerek” yang harganya amat sangat
miring. Langsung ngeborong. Dan ketika konser,
mereka memakai sepatu versi Taman Puring. Dan
konsernya pun sukses.
LoG mematahkan anggapan rock-star yang makin
menjadi raja. Mereka melakukan delibrasi
[pertimbangan] bukan untuk berada pada ranah
yang susah disentuh, tapi justru memilih berpihak
pada volisi [sebuah upaya yang dibuat dengan
sengaja] dan komitmen untuk membuat pilihan dan
tindakan itu menjadi suatu realitas.
Tak hanya LoG, pernah ada Napalm Death, Dragon
Force dan Kreator. Mereka tak cuma jadi anak
band yang berwarta lewat lagu dan lirik, tapi juga
humble saat turun panggung dan jadi manusia
biasa. Mereka tak jadi “tuhan” yang kasak-kusuk
soal pietas, mendorong segala sesuatunya dengan
alasan moral semata. Tap sebenarnya utopis dan
phantasia, khayalan belaka.
Metal berada di alur philia, daya tarik untuk
perubahan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar